RUMAH ADAT NTB
Dalam Loka Samawa
Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka adalah rumah adat atau
istana yang didirikan dan dikembangkan oleh pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III di Pulau Sumbawa,
tepatnya di kota Sumbawa Besar. Terdapat pengertian dari
Dalam Loka itu sendiri, yaitu kata
“Dalam” yang memiliki arti istana atau rumah yang ada di dalam istana dan “Loka” yang memiliki arti dunia atau juga tempat. Sehingga dapat disimpulkan pengertian Dalam Loka merupakan istana atau tempat hunian raja. Namun, penggunaan rumah
adat Dalam Loka saat ini difungsikan untuk menyimpan benda
atau artifak bersejarah milik Kabupaten Sumbawa.
Dalam Loka
disusun oleh bangunan kembar yang disokong atau ditahan oleh 98 pilar
kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru) yang dibuat dari pohon cabe.
Jumlah dari seluruh tiang penyokong adalah 99 tiang yang mewakili 99
sifat Allah dalam Al-Qur’an (Asmaul Husna). Di Dalam Loka ini terdapat
ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas daerah Pulau Sumbawa atau
disebut lutuengal yang digunakan untuk ornamen pada kayu bangunannya.
Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga motif
daun-daunan.
Istana dalam
loka dibangun mengarah ke selatan yaitu ke Bukit Sampar dan alun-alun
kota dan hanya memiliki satu pintu masuk utama melalui tangga depan dan
pintu samping melalui tangga kecil. Tangga depan yang dimiliki Dalam
Loka tidak seperti tangga pada umumnya, tangga ini berupa lantai kayu
yang dimiringkan hingga menyentuh tanah dan lantai kayu tersebut
ditempeli oleh potongan kayu sebagai penahan pijakan Bala Rea atau
graha besar adalah dua bangunan identik yang terdapat di dalam rumah
adat Dalam Loka yang setiap bangunannya memiliki fungsi.
Pada bagian
dalam bangunan terdapat beberapa ruangan yaitu, Lunyuk Agung, Lunyuk
Mas, Ruang Dalam, dan Ruang Sidang. Lunyuk Agung berada pada bagian
depan bangunan yang difungsikan untuk ruang bermusyawarah, pernikahan,
pertemuan atau acara kerajaan. Lunyuk Mas adalah ruangan utama untuk
permaisuri, istri para menteri dan staf penting kerajaan saat upacara
adat. Ruang Dalam sebelah barat disekat oleh kelambu yang digunakan
untuk tempat sholat, di sebelah utara adalah kamar tidur permaisuri.
Ruang Dalam sebelah timur memiliki empat kamar khusus untuk keturunan
raja yang sudah menikah dan di sebelah utara adalah kamar pengasuh rumah
tangga istana. Ruang sidang terletak di bagian belakang Bala Rea, namun
pada malam harinya digunakan oleh para dayang sebagai kamar tidur.
Sedangkan kamar mandi terletak di luar ruangan utama yang memanjang dari
kamar raja hingga kamar permaisuri.
Dan yang
terakhir adalah Bala Bulo yang memiliki dua tingkat dan berada di
samping Lunyuk Mas. Tingkat pertama adalah tempat permainan keturunan
raja dan tingkat kedua adalah tempat permaisuri dan istri para bangsawan
saat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana. Anak tangga menuju
tingkat dua berjumlah 17 anak tangga. Jumlah tersebut mewakili 17 rukun
sholat. Di luar komplek ini terdapat kebun istana (kaban alas), gapura
atau tembok istana (bala buko), rumah jam (bala jam) dan tempat untuk
lonceng istana. Lonceng pada istana ini ukurannya sangat besar dan
berasal dari Belanda. Pada masa itu, lonceng ini dibunyikan oleh seorang
petugas setiap waktu, sehingga seluruh penduduk dapat mengetahui waktu
saat itu.
0 komentar:
Posting Komentar